26 Januari 2015

Cerpen KR: Helah



Cerpen Raedu Basha (Kedaulatan Rakyat 18 Januari 2015)

Juni 1999
        Janadin. Lelaki berkumis tebal itu merasa degup  jantungnya tak berdetak. Matanya bersemburat merah seketika, duduk bersila di antara hadirin yang melingkar di mihrab masjid. Sebuah upacara pernikahan tak biasa akan dilaksanakan.
       Dia menatap runcing seorang anak muda yang mengenakan setelah jas-sarung rapi tak ubahnya mempelai pria. Santab. Ia penolong Janadin dari sial. Tetapi sial itu kini seolah pekat langit kembali burat, dan menjadi. Kecemburuan bergejolak.
       Batin Janadin berteriak, ”Tidak! Ini cuma helah. Bagiku hanya pernikahan dusta.” Mata merahnya kemudian menatap seorang perempuan yang tengah duduk menunduk. Perempuan itu berdandan kebayasampir, penampilan janda Madura dalam pernikahannya, gaun dan tatarias lebih apa adanya. Perempuan itu adalah Sanah, janda Janadin.
      Ingin saja Janadin pergi dari acara itu, tak kuasa
hati tergolak cemburu. Namun apa daya, justru dia pengupaya pernikahan dilangsungkan, demi menolong nasibnya sendiri.
      Janadin kini sedingin batu. Diam. Menahan kecamuk sendiri.

Maret 1993
      Umurnya 26 tahun kala itu, Janadin memang tak lagi perjaka. Dia pernah menikah tapi tak langgeng karena Janadin kepergok selingkuh. Dan pada suatu kesempatan yang tak disengaja, dia berjumpa gadis yang membuatnya tak dapat tidur. Sanah. Lelaki itu merasa dirinya seolah Poday bersua Potre Koneng dalam legenda cinta Soengenep.
       Seminggu berikutnya, Janadin berjumpa lagi. Sebagai bajingan dia paham gengsi, bagaimana mesti tampak dingin pada wanita, berdeham tanpa kata di hadapan Sanah. ”Biarkan aku yang membayar semua belanjaanmu hari ini!” ucap Janadin seraya mengeluarkan dompet di kantong gombor-nya. Dompet hasil mencopet.
       Sanah kaget akan kehadiran Janadin.
      Kalangkong.” Malu-malu dan tersenyum. Ronarona segar membias dalam gurat pipi gadis desa itu saat senyum, membuat jantung Janadin tergetar dan tambah tergoda untuk lebih mengenalnya.
      ”Ah, biasa saja,” sahut Janadin, ”Oya, apa ada yang mengantarmu pulang? Kalau tak ada, biar anak buahku mengantarmu.” Janadin anggak menawarkan jasa.
Sanah tak menggubris.
      ”Alangkah mahalnya Potre Koneng ini!” batin Janadin. Tak sekali gadis itu menoleh atau balas menatapnya lewat lirikan yang menancap relung Janadin. Sebagai duda, namun kala itu tergolong muda, dia kesal. Tapi sadar bahwa gadis itu menakjubkannya.
Juli 1996
       Janadin sadar, dirinya hanya lelaki desa biasa yang kerjanya tak tentu. Bekerja di tegal tak. Kuli juga tak. Sesekali bekerja bila butuh uang banyak. Sekiranya mendesak bisa saja memeras. Nyopet adalah termudah baginya.
Sekian lama Sanah tak menggubris bila disapa.
      Di pasar, di jalan, atau di mana pun. Tapi tekadnya bulat, Janadin memberanikan diri datang ke rumah Sanah dan langsung meminang gadis itu pada orang tuanya. Tapi sial, Ayah Sanah malah membusungkan dada dan mengatai Janadin dengan keserapahan:
     ”Katak buntung! Berandal, silsilahmu tak jelas mirip udang sungai!”
      Nyalinya carut. Bahkan Janadin digiring oleh anak buah juragan tembakau itu, dikaparkan ke sawah.
      Pada hari pasaran berikutnya tiba-tiba Sanah
melambaikan tangan dari jauh. Janadin setengah tak
percaya melihat sikap ”Potre Koneng”-nya itu. Sanah
mengajak duduk di bawah pohon siwalan yang rindang
tepi pagar pasar, di mana tampak ujung-ujung
batang pohon jagung berayunan di ladang.
     ”Maafkan atas sikap bapakku, Cak,” kata Sanah terbata. Dan sapaan ”cak” membuat dada Janadin berdegub. ”Aku tahu kau datang ke rumahku. Aku senang kau meminangku, Cak....” Janadin terbelalak menelan ludah di tenggorokan, dia pun tahu Sanah menyukainya. Tapi dia tak bicara, hanya bisa menatap paras gadis itu yang pucuk-pucuk kerudungnya berkelebat disapu udara. Sanah juga terdiam, matanya dilempar ke ujung-ujung jagung yang terus berayun. Janadin mengangguk pelan. Jari-jemari tangan gadis itu diraihnya, digenggam erat. Pada satu sisi dia geram atas sikap ayah Sanah, di sisi lain dia tak dapat menggambarkan gayung bersambut perasaannya.
       Setelah hari itu, Janadin sering menemui Sanah, terutama di pasar. Mereka merajut tangkai asmara. Dan lelaki itu lebih serius memikirkan bagaimana cara mendapatkannya secara sah dan halal. Dia tak ingin terus menduda. Juga sebagaimana tradisi orang Madura sangat mengagungkan adat-agama, termasuk urusan cinta. Pacaran tak boleh lama-lama. Begitu juga  martabat bajingan juga harus dijaga.
      Janadin sekali lagi memberanikan diri ke rumah Sanah. Tapi lagi-lagi. Dia ditindas lagi. Ingin saja bajing itu menyantet Ayah Sanah. Tetapi Sanah meminta sikap terbaik Janadin.
      Lelaki itu menemui seorang kiai, minta petunjuk, namun si kiai berfatwa, ”Anak perawan harus direstui wali.”
      Lalu Janadin bertemu seorang santri muda. Lazimnya santri muda, menyukai fatwafatwa nyeleneh. Santri itu menyarankan kawin lari ke seberang pulau.
      Janadin membawa Sanah nikah lari, lari ke Banyuwangi dengan wali hakim. Sedangkan di Madura, orang tua Sanah gelisah akan anak perempuannya yang hilang.

Oktober1996
       Keduanya memutuskan pulang. Setibanya, orang tua Sanah mendamprat Janadin dan menggunjing pada orang-orang desa bahwa Janadin adalah penculik. Tapi lama-lama memberi restu namun bersyarat:
      ”Kau harus membangun rumah dan memberi emas satu kilogram. Kalau gagal, kau akan tahu akibatnya. Camkan, anak muda!” ancam Ayah Sanah. Janadin minta izin pada istrinya untuk merantau, guna memenuhi persyaratan mertuanya. Ditatapnya Sanah, berlelehan air mata, isak tangis mereka berdua seolah rintih luka yang bersahutan. Dia peluk istrinya erat.
      Seminggu kemudian, Janadin berangkat merantau ke Sambas Kalimantan.

Desember 1998
       Dua tahun di rantau, bekerja keras sebagai kuli tambang emas, setidak-tidaknya tabungan upahnya hampir memenuhi syarat mertuanya. Sudah dua kali lebaran tak pulang.  Janadin baru menerima kabar dari teman kerjanya yang baru pulang dari Madura. Katanya, Sanah kangen dan mencemaskan Janadin. Ada yang mengejutkannya, manakala si teman berkabar, Sanah sedang hamil muda.  Janadin terperanjat mendengar kabar itu. Antara percaya dan tidak. Lalu dia putuskan mudik secepat mungkin.
      Dalam perjalanan mudik, di atas kapal feri perasaan lelaki itu campur aduk, pasang mata nanar beradu hawa panas Laut Jawa. Ingin rasanya, bila kabar temannya benar, sesampainya di Madura, menceraikan Sanah. Karena rupanya Sanah hamil dalam kurun waktu aneh. Dua tahun dia tinggal tapi baru hamil muda. Tapi dia setengah yakin bahwa kabar temannya dusta. Tapi bisa juga benar. Dia gelisah.
       Manakala Janadin menapakkan kaki di halaman rumah. Lelaki yang selama Perantauan membiarkan kumisnya tebal itu menyaksikan Sanah sedang bersenda-tawa dengan seorang pria muda di teras rumah. ”Sanah, dasar kau istri durhaka!” Spontan kalap tanpa ucap salam.
      Sanah dan pria muda yang bersamanya sama tersentak, wajah keduanya bagai menyimpan panik dan tanya. Janadin memandangi perut istrinya: ternyata tak bunting.
      ”Teganya kau bermain serong di belakangku. Alaah. Kau menduakanku ketika aku di rantau. Lihatlah, bersama siapa kau saat ini, hah? Siapa selingkuhanmu itu?” Janadin menuding telunjuk kirinya ke arah muka pria muda yang sedang bersama Sanah.
       Perempuan itu kaget, suaranya tersengal dan nyaris tak dapat bicara karena kedatangan Janadin mengguruhkan tuduhan. ”Bu-bukan. Dia, dia keponakanku!” Sanah gugup.
     ”Jangan banyak alasan!” sergah Janadin,
     ”Mungkin kita lebih baik tak bersama. Biarlah kita cerai saja. Kau kutalak! Talak! Talak Tiga!” Gunung api emosi meledak murka. Janadin tanpa berpikir jernih. Sanah menangis keras minta ampun. Janadin tak menolehnya sedikit pun. Meninggalkan perempuan itu dalam jeritan.

Januari 1999
     Tetapi betapa menyesal Janadin setelah itu!
Sesal ditanggung setelah tahu teman kerjanya sungguh
telah membuat fitnah. Sanah memang pernah
hamil setahun sebelumnya tapi gugur. Dan pria
muda yang bersama Sanah pada saat kedatangannya
dari rantau rupanya keponakannya yang sedang
bertamu, dan Janadin belum kenal. Sedangkan
orangtua Sanah yang galak itu masih menuntut syarat.
      Janadin menyesal telah menalak tiga. Dia menyampaikan salam lewat tetangganya bahwa
suatu hari dia bakal merujuk Sanah. Lalu lelaki itu kembali ke Sambas. Namun malang, rumahnya telah rata dengan tanah. Konflik Dayak-Madura bergejolak. Teman kerjanya banyak tewas, termasuk yang memfitnahnya. Tragedi Sambas berdarah awal 1999. Tak sampai seminggu di rantau, Janadin mudik lagi bersama rombongan pengungsi, menutup niat kembali ke Sambas. Sesampainya di Madura, lelaki itu menemui kembali santri muda yang dulu menyarankannya kawin lari, kini meminta petunjuk lagi: Bagaimanakah cara merujuk istri yang telah dijatuhkan talak tiga?
      Santri muda yang tak lagi muda itu mengujarkan:  harus ada helah. Si helah harus menikahi si perempuannya dan melakukan wathi. Setelah itu mantan suami baru boleh rujuk.
      Hati Janadin awalnya merasa berat menerima hukum helah. Tak mungkin kekasihnya ”dihadiahkan cuma-cuma” pada pria lain, terlebih dalam pernikahan. Tapi mau tak mau, demi harga diri harus diupayakannya.

Februari 1999
      Janadin mencari seorang pria untuk helah, yang kira-kira tak akan disukai wanita, apalagi sampai mendapatkan hati Sanah. Hingga dia bertemu Santab, anak muda dusun sebelah berkaki pincang. Oleh Janadin, Santab diimingi hadiah seekor kambing. Janadin berpesan padannya, ”Kau janji, Santab. Setelah kau wathi segera ceraikan Sanah. Ingat, kau hanya perantara rujukan kami.”
      Mulanya Sanah tak mau, karena janda itu masih sakit hati pada Janadin.

Juni 1999
     Malam larut usai acara ijab-kabul. Sial. Janadin melakukan kesalahan. Dia intip malam pertama Santab dan Sanah melalui celah kayu kamar pengantin mereka, dia saksikan Santab mulai merengkuh tubuh Sanah di atas ranjang kayu   ukiran, yang pada awalnya perempuan itu enggan.
     ”Jijik. Dasar pincang!” teriak Janadin. Meludah. Kesabaran si bajing itu rubuh. Emosi mengaum. Dia rusak malam pertama pengantin itu. Pintu kayu dilabrak, mengobrak-abrik isi kamar itu. Membuat sepasang pengantin itu terperanjat. Janadin melemparkan batang kayu ke arah kepala Santab. Tetapi anak muda pincang itu berlari gesit terpincang-pincang ke luar....
     Janadin mengejar si helah. ”Santab, terkutuk kau...!” teriaknya mendedah kesunyian malam. (62)

Catatan:
Helah: bahasa lisan orang Madura dari istilah
hukum Islam ”muhalil”, yakni orang/perantara yang
menghalalkan pernikahan kembali orang yang telah
jatuh talak tiga. Keterangan lebih lanjut bisa dilihat
dalam fikih Islam.
Gombor: celana silat, biasa dipakai blater
Kalangkong: terima kasih
Wathi: hubungan seksual yang harus dipenuhi
helah sebagai syarat bolehnya rujuk talak tiga

Raedu Basha, nama pena dari Badrus
Shaleh, sastrawan dan alumnus Pascasarjana Ilmu
Antropologi Budaya UGM

25 Januari 2015

T I K A R



Cerpen Sri Wintala Ahmad (Kedaulatan Rakyat 18 Januari 2015)
   

      Mak Karni menghembuskan napas terakhir. Basu melelehkan air mata. Pipi Basu kian basah saat jenazah Mak
Karni diturunkan ke liang lahat. Dalam batin, Basu berdoa. Semoga arwah emaknya diterima di sisi Tuhan. Raja Semesta yang dapat menangkap makna di balik runduk daun-daun kamboja. Hening tak tergemerisikkan tiupan angin.
      Serupa layang-layang terputus benangnya, Basu meninggalkan makam. Meninggalkan gundukan tanah basah beraroma bunga tujuh rupa, rumah terakhir Mak Karni. Sepanjang perjalanan pulang, wajah emaknya
masih menggantung di pelupuk mata. Wajah yang mengingatkan paras Kunti. Tokoh ibu berjiwa karang yang tangguh saat menghadapi gempuran gelombang dan badai waktu.
      Di salah satu kursi kayu di ruangan pendapa, Basu memandang potret Mak Karni yang melekat di dinding kayu coklat tua. Sewaktu pikirannya hanyut pada masa-masa indah bersama emaknya sebelum menetap di Jakarta, datanglah Surti. Istri Basu yang telah memberikan tiga anak dari hasil perkawinan. Elang yang cerdas matematika. Lungit yang pintar menari. Galang yang pintar berolah sastra.
      ”Kapan kita pulang ke Jakarta, Bang?” Surti meletakkan pantatnya di kursi samping Basu. ”Sudah tak betah aku tinggal di Desa Wukirsari yang jauh dari kota. Jauh dari mall, supermarket, dan kafe.”
      ”Bersabarlah, Dik!” Basu kembali memandang foto Mak Karni yang serasa mencegahnya agar tidak cepat pulang. ”Sepekan lagi, kita pulang.”
     ”Tidak.” Surti yang menjadi orang kaya baru sesudah terpilih sebagai anggota DPR itu berkata lantang. ”Tidak! Kita harus pulang ke Jakarta.”
      ”Pulanglah bila kau tak betah tinggal di desa!” Basu menarik napas panjang untuk melonggarkan dadanya yang serasa tersumbat batu. ”Sepekan lagi, aku baru pulang ke Jakarta.”
      Surti beranjak dari kursi dengan wajah masam. Mengemasi barangbarangnya. Memasukkan barang-barang itu ke bagasi mobil. Tanpa berpamitan pada Basu, Surti yang disertai Elang, Lungit, dan Galang meninggalkan halaman rumah mendiang Mak Karni. Meninggalkan Wukirsari. Pulang ke Jakarta. Menyaksikan tingkah isterinya yang mulai banyak berubah sesudah menduduki kursi wakil rakyat itu, Basu hanya menghela napas panjang.
***
      Malam demi malam, rumah Mak Karni disejukkan dengan suara tahlilan para sesepuh desa. Tidak ketinggalan pula Basu yang selalu ada diantara para sesepuh itu untuk mendoakan agar emaknya dapat masuk surga.  Bukan penghuni alam arwah yang bergentayangan hingga suka merasuki para peserta Uji Nyali.  Salah satu acara masih ngetrend dari stasiun televisi swasta negeri ini.
      Seusai tahlilan terakhir pada malam ketujuh, Basu duduk lesehan di atas tikar mendhong di sudut ruang pendapa. Kepada Wak Karta, pengganti  ayahnya yang telah meninggal tiga tahun silam, Basu membuka pembicaraan,
      ”Betapa sulit aku melupakan Emak. Namun sebagai guru yang harus mengajar anak didik, terpaksa aku harus pulang ke Jakarta esok pagi, Wak.”
      ”Kalau kau sulit melupakan emakmu, bawalah tikar mendhong anyaman terakhirnya.”  Wak Karta menghembuskan asap rokok kreteknya hingga mengepul di ruangan pendapa.
      ”Dengan tikar itu, kau akan selalu ingat pada emakmu. Dengan tikar itu, kau akan memetik pelajaran. Menjadi manusia yang harus mampu menampung segala keluh-kesah dan canda tawa. Tegas saat menghadapi orang-orang yang akan memperosokkanmu ke dalam laku kejahatan. Tegar atas segala godaan dan cobaan hidup.”
      ”Pesan Wak Karta akan aku ingat selalu.” Basu memandang potret Mak Karni di dinding kayu yang serasa menyetujui perintah waknya untuk membawa tikar mendhong anyaman terakhir emaknya. ”Oh ya, Wak. Di mana tikar mendhong anyaman terakhir Emak?”
     ”Sudah aku persiapkan. Besok pagi, bisa kau bawa ke Jakarta.” Basu yang sontak rindu pada anakanaknya setengah tak mendengar kata-kata Wak Karta. Seusai Wak Karta meninggalkan ruangan pendapa, Basu menuju kamar tidur mendiang emaknya. Menjelang tengah malam, Basu terbawa ke alam mimpi paling indah. Bercengkerama dengan emaknya di taman yang bermandikan tujuh warna cahaya lampu.

***
      Setiba di rumahnya yang terletak di bilangan Kota Jakarta, Basu tak mendapati isterinya.  Menurut Elang, Surti tengah melakukan studi banding ke luar negeri beserta beberapa anggota wakil rakyat lainnya. Tanpa berpikir jauh, Basu memasuki kamar tidurnya. Mengganti sprei yang melapisi kasur busa harga jutaan rupiah itu dengan tikar mendhong anyaman terakhir Mak Karni. Karena lelah, Basu merebahkan tubuhnya di ranjang. Terasa dalam dekapan hangat emaknya.
      Pagi berikutnya. Basu kembali mengajar di salah satu sekolah favorit di Jakarta. Selepas siang, Basu pulang ke rumah dengan mobil bututnya. Sesudah memasukkan mobilnya ke garasi, Basu serasa disambar petir musim kemarau. Saat menyaksikan Surti yang baru saja pulang dari luar negeri itu tengah membakar tikar anyaman Mak Karni di halaman.
     ”Kenapa kau bakar tikar anyaman Emak, Dik?”
     ”Sejarah tikar telah berakhir, Bang. Kalau kau tetap setia dengan kemiskinanmu, pulanglah ke desa! Kita bercerai!”
     Hati Basu serasa disayat-sayat silet. Tidak ada yang dilakukan Basu, selain kemudian membungkus abu tikar mendhong itu dengan kain mori. Menguburkannya dengan upacara sederhana di sudut kanan depan rumahnya. Sekejap seusai penguburan abu tikar mendhong itu, Basu mendengar sayup-sampai tangisan emaknya dari surga. - g
Cilacap, 12012015

Catatan:
Cerpen ini terinspirasi dari puisi ‘Tikar’ karya Bakdi Soemanto. Cerpen
ini dipersembahkan dalam acara Malam Mengenang 100 Hari meninggalnya
Sastrawan dan Budayawan Bakdi Soemanto, Minggu 18 Januari
2015.

22 Januari 2015

Definisi dan terjemahan dari "Move"

Definisi move
noun
a change of place, position, or state.
"she made a sudden move toward me"
sinonim: movement, motion, action, gesture, gesticulation
verb
go in a specified direction or manner; change position.
"she stood up and moved to the door"
sinonim: go, walk, proceed, progress, advance, budge, stir, shift, change position
change or cause to change from one state, opinion, sphere, or activity to another.
"the school moved over to the new course in 1987"
sinonim: change, budge, shift one's ground, change one's tune, change one's mind, have second thoughts, make a U-turn, do an about-face
make progress; develop in a particular manner or direction.
"aircraft design had moved forward a long way"
sinonim: (make) progress, make headway, advance, develop
spend one's time or be socially active in (a particular sphere) or among (a particular group of people).
"they moved in different circles of friends"
sinonim: circulate, mix, socialize, keep company, associate, hang out/around
propose for discussion and resolution at a meeting or legislative assembly.
"she intends to move an amendment to the bill"
sinonim: propose, submit, suggest, advocate, recommend, urge
empty (one's bowels).
"Toddlers in nappies are accustomed to urinating and moving their bowels whenever they feel the urge to do so."
Lebih sedikit definisi
Sinonim
noun
    movement, relocation, initiative, turn, motion, motility
  • movement, motion, action, gesture, gesticulation
  • relocation, change of address, transfer, posting
  • initiative, step, action, act, measure, maneuver, tactic, stratagem
  • turn, go, opportunity, chance
  • relocation
  • motion, movement
  • motility, motion, movement
verb
    go, carry, (make) progress, take action, relocate, affect, inspire, change, circulate, propose, prompt, act, make a motion, displace, impress, be active
  • go, walk, proceed, progress, advance, budge, stir, shift, change position
  • carry, transport, transfer, shift
  • (make) progress, make headway, advance, develop
  • take action, act, take steps, do something, take measures, get moving
  • relocate, move away, change one's address, leave, go away, go down the road, decamp, pull up stakes
  • affect, touch, impress, shake, upset, disturb, make an impression on
  • inspire, prompt, stimulate, motivate, provoke, influence, rouse, induce, incite
  • change, budge, shift one's ground, change one's tune, change one's mind, have second thoughts, make a U-turn, do an about-face
  • circulate, mix, socialize, keep company, associate, hang out/around
  • propose, submit, suggest, advocate, recommend, urge
  • prompt, actuate, motivate, incite, propel
  • go
  • act
  • make a motion
  • displace
  • go, run
  • go, proceed
  • impress, affect, strike
  • be active
  • go, locomote, travel
Lebih sedikit sinonim
Contoh Move
We've seen tremendous moves made toward lowering the tension there.
Kami telah melihat gerakan yang luar biasa dibuat untuk menurunkan ketegangan di sana.
diterjemahkan oleh Google secara otomatis
The military's failure to move against him only highlighted how divided it was.
Kegagalan militer untuk bergerak melawan dia hanya menyoroti bagaimana terbagi itu.
diterjemahkan oleh Google secara otomatis
Cook started and finished a classy move which resulted in one of the best goals ever witnessed at the venue.
Masak mulai dan selesai langkah berkelas yang mengakibatkan salah satu tujuan terbaik yang pernah disaksikan di tempat tersebut.
diterjemahkan oleh Google secara otomatis
Philip pushes himself out of his chair, moving to stand directly in front of his brother.
Philip mendorong dirinya keluar dari kursinya, bergerak untuk berdiri tepat di depan kakaknya.
diterjemahkan oleh Google secara otomatis
Bosses have moved to reassure workers that the wilder rumours are not true: the York factory has a future.
Bos telah pindah untuk meyakinkan pekerja bahwa rumor liar yang tidak benar: pabrik York memiliki masa depan.
diterjemahkan oleh Google secara otomatis
Players move from space to space on a board in the shape of Madagascar which is coloured in the white, red and green of the national flag.
Pemain bergerak dari ruang untuk ruang pada papan dalam bentuk Madagaskar yang berwarna putih, merah dan hijau dari bendera nasional.
diterjemahkan oleh Google secara otomatis
it's a move to limit his power
itu langkah untuk membatasi kekuasaannya
diterjemahkan oleh Google secara otomatis
Both of West Germany's goals in the 1974 World Cup Final resulted from long moves from deep, which surely would have been stopped by a better-organised defence.
Kedua gol Jerman Barat di final Piala Dunia 1974 akibat bergerak panjang dari dalam, yang pasti akan dihentikan oleh pertahanan yang lebih baik terorganisir.
diterjemahkan oleh Google secara otomatis
He has incorporated more and more ridiculous moves into his game each year.
Dia telah memasukkan lebih banyak dan lebih konyol bergerak ke permainan setiap tahun.
diterjemahkan oleh Google secara otomatis
We must move firmly beyond a passive politics in which people are simple recipients of policies decided for them.
Kita harus bergerak tegas melampaui politik pasif di mana orang penerima sederhana kebijakan memutuskan untuk mereka.
diterjemahkan oleh Google secara otomatis
When I first moved the legislation, the wife of a former freezing worker came to my office to thank me.
Ketika saya pertama kali pindah undang-undang, istri seorang mantan pekerja pembekuan datang ke kantor saya untuk mengucapkan terima kasih.
diterjemahkan oleh Google secara otomatis
They try hard not to make any sudden moves as they draw their weapons out.
Mereka berusaha keras untuk tidak membuat gerakan tiba-tiba saat mereka menarik senjata mereka keluar.
diterjemahkan oleh Google secara otomatis
When my dad decided to retire from the New York Police Department, we moved down to Florida.
Ketika ayah saya memutuskan untuk pensiun dari Departemen Kepolisian New York, kami pindah ke Florida.
diterjemahkan oleh Google secara otomatis
It was overflowing love and compassion that moved the Lord Jesus to go to the cross.
Itu meluap cinta dan kasih sayang yang bergerak Tuhan Yesus untuk pergi ke kayu salib.
diterjemahkan oleh Google secara otomatis
When he and Kate came out of the restaurant, the car had been moved to a shady spot.
Ketika ia dan Kate keluar dari restoran, mobil telah dipindahkan ke tempat yang teduh.
diterjemahkan oleh Google secara otomatis
Soon enough the conversation moves to the one thing in the world that I can't ever get enough of… movies.
Tak lama pembicaraan bergerak ke satu hal di dunia ini yang saya tidak pernah bisa mendapatkan cukup ... film.
diterjemahkan oleh Google secara otomatis
He began his fight last week, with a warning to the party not to move against him as a troublesome dissenter.
Dia mulai perjuangannya pekan lalu, dengan peringatan ke pihak untuk tidak bergerak melawan dia sebagai ingkar merepotkan.
diterjemahkan oleh Google secara otomatis
don't move!
jangan bergerak!
diterjemahkan oleh Google secara otomatis
Walking down to the main drag, I fell into a full slow saunter, savouring the warmth and the sudden move into the light.
Berjalan ke hambatan utama, aku jatuh ke dalam berjalan-jalan lambat penuh, menikmati kehangatan dan bergerak tiba-tiba menjadi cahaya.
diterjemahkan oleh Google secara otomatis
Leigh won one of their best ever victories coming back from a 19 point deficit to win with the last move of the game.
Leigh memenangkan salah satu dari yang pernah kemenangan terbaik mereka datang kembali dari defisit 19 poin untuk menang dengan langkah terakhir pertandingan.
diterjemahkan oleh Google secara otomatis
However, the management team moved quickly to bring in a clutch of signings and the season has picked up.
Namun, tim manajemen bergerak cepat untuk membawa kopling pemain dan musim telah mengambil.
diterjemahkan oleh Google secara otomatis
Labor, Green and Democrat senators moved a motion on October 16 supporting the strike.
Tenaga Kerja, Hijau dan Demokrat senator pindah mosi pada 16 Oktober mendukung pemogokan.
diterjemahkan oleh Google secara otomatis
she made a sudden move towards me
dia membuat gerakan tiba-tiba terhadap saya
diterjemahkan oleh Google secara otomatis
These copies are moving fast and will be sold out in a matter of days.
Salinan ini bergerak cepat dan akan dijual keluar dalam hitungan hari.
diterjemahkan oleh Google secara otomatis
The dark clouds were moving fast, drawing closer and closer to our side of town.
Awan gelap yang bergerak cepat, semakin dekat dan lebih dekat ke pihak kita kota.
diterjemahkan oleh Google secara otomatis
I guess the house move is the dominant thing in my mind at the moment.
Saya kira pindah rumah adalah hal yang dominan dalam pikiran saya saat ini.
diterjemahkan oleh Google secara otomatis
The Old Boys started the game with a bang and scored a try with the first move of the game.
The Old Boys memulai pertandingan dengan keras dan mencetak mencoba dengan langkah pertama dari permainan.
diterjemahkan oleh Google secara otomatis
They forget that when a player moves abroad he has to get used to the cultural, lifestyle, and behavioural differences a new club will invariably throw up.
Mereka lupa bahwa ketika seorang pemain bergerak ke luar negeri dia harus terbiasa dengan budaya, gaya hidup, dan perbedaan perilaku klub baru akan selalu muntah.
diterjemahkan oleh Google secara otomatis
she didn't move for a while
dia tidak bergerak untuk sementara waktu
diterjemahkan oleh Google secara otomatis
I should complain in public more often - it seems to get things moving .
Aku harus mengeluh di depan umum lebih sering - tampaknya untuk mendapatkan sesuatu bergerak.
diterjemahkan oleh Google secara otomatis
 
 
Terjemahan dari move
verb

bergerak
move, be afoot, budge, stir, range, be active

memindahkan
move, transfer, remove, displace, translocate, shift

berpindah
move, transmigrate, change over, devolve

mengisarkan
turn, mill, grind, move, sell

mengusulkan
propose, suggest, argue, indicate, move, vote


pindah
move, move away, flit, shift, immigrate, change


mengasak
cram, supplant, jam, urge, press, move


menggeser
move, rub, friction, replace, shove

menggarit
move, scratch, claw, clapperclaw


mengangsur
pay in installments, do gradually, move


mengubah tempat
move


mengeluarkan
issue, spend, release, take out, stick, move


menggerakkan hati
move


memilukan
touch, move, melt, grieve, sadden


menggugah
arouse, waken, move


mengusul
examine, move


meloncat
jump, bolt, leap, hop, curvet, move
noun

langkah
step, move, stride, foot, footpace, tread


giliran
turn, shift, alternation, relay, move, serve


perpindahan
shift, move, transmigration


hal buang air besar
bowel movement, move